Kesal. Mungkin hanya hal itu yang dapat Diana ungkapkan sekarang. Sudah tiga kali ulangan matematika ditunda. Senang. Ya, teman-teman sekelas bersorak-sorai
waktu mendengar bahwa ulangan matematika hari ini ditunda.
Ditundanya ulangan matematika hari ini memang
menjadi suatu kegembiraan karena seharusnya ada 3 mata pelajaran yang
mengadakan ulangan dan sekarang tinggal 2 mata pelajaran saja. Naif memang jika Diana kesal akan
ditundanya ulangan matematika. Namun, dengan ditundanya ulangan matematika hari ini bukankah justru menambah beban pikiran?
Hari ini pelajaran matematika pun berlangsung
santai. Para siswa dibiarkan belajar dua mata pelajaran lain yang akan
diulangankan hari ini. Asalkan tidak keluar kelas dan ramai. Diana pun mulai membuka lembar kerja siswa bahasa Inggris untuk menghafalkan materi yang telah diberitahukan. Beberapa menit kemudian jam
pelajaran pun berganti. Guru bahasa Inggris mulai memasuki kelas dan ulangan
pertama hari ini pun dimulai. Semuanya berjalan lancar.
Setelah
pelajaran bahasa Inggris usai, dimulailah ulangan kedua di hari ini, yakni
ulangan Biologi. Namun, setelah warga kelasku menunggu cukup lama, guru biologi
pun tak kunjung datang. Tiba-tiba salah seorang temanku membawa soal ulangan
dan lembar jawaban. Dia kemudian berkata, “Gurunya nggak ada, ayo lek ndang digarap! Selak gurune teka.” Ada teman lain yang berkata, “Ayo ngerjainnya
dibagi sekelas aja. Ada berapa e, soalnya?” Lalu semua bergegas membuka buku
dan berdiskusi untuk menyelesaikan soal ulangan tersebut.
Hal
tersebut wajar sekali terjadi bukan? Apalagi jika tidak ada guru yang mengawasi
kalian. Namun, apakah hati kecilmu tidak mengatakan sesuatu? Atau mungkin kita
kurang peka untuk mendengarkan kata hati kita sendiri? Semoga saja kata hati
kita yang kurang peka masih bisa disembuhkan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar