Malam hari pun tiba dan jam
dinding kamarku menunjukkan angka pukul tujuh malam. Namun hingga kini,
aku masih belum menemukan suatu cara untuk membuka almari tersebut. Tapi aku
yakin bahwa pasti akan kutemukan caranya, entah bagaimanapun itu.
“Vika!
Ayo ikut nggak? Buruan!” tiba-tiba terdengar suara nyaring yang memekakan
telingaku dari luar kamar. Rupanya itu adalah suara Mbak Mutia, kakak sepupuku
yang keempat dan paling cantik. Aku pun begegas untuk membuka pintu kamar dan keluar
dari kamar.
“Hai
Mbak Mutia! Emang mau ada acara apa? Kok buru-buru gini? Mau ke mana?” tanyaku
sambil terus berjalan ke arahnya. Malam ini ia mengenakan kemeja kotak-kotak
berwarna hitam putih, serta celana jeans berwarna biru tua dan sepatu kets berwarna
abu-abu yang sangat keren. Ia tampak tampil cantik pada malam ini.
“Hey!
Enggak, ini cuma mau ke Paragon Mall. Ikut nggak Vik? Kita berangkat bersama Mbak Rahma, Mas Tomi, Mas Dio, Mas Kevin, Mbak Ema, Mbak Fara,
Mbak Shafa, sama Mbak Titan. Ikut nggak Vik? Nanti dibagi jadi dua mobil, “
ujarnya, dan menyebutkan nama semua cucu Nenek dari yang paling tua hingga yang
paling muda yang ada. Ia masih tetap menunggu kepastian dariku.
“Memang
mau sampai jam berapa mbak?” tanyaku untuk memastikannya. Kini aku tepat berada
di depannya.
“Sampe
jam sepuluhan sih kira-kira. Soalnya nanti kita juga mau ke Tugu Muda ama ke
Kawasan Kota Tua Semarang. So, mau
ikut gak Vik?” ujar Mbak Mutia.
Aku
pun awalnya sedikit bingung harus menjawab apa, karena aku sudah berjanji bahwa
aku harus mencoba membuka almarinya sekitar pada pukul sembilan malam ini.
Namun karena menurutku kegiatan ini akan begitu mengasyikkan, jadi ya aku ikut
saja.
“Oke
mbak. Aku bisa, sebentar ya aku ganti baju dulu, “ ujarku dengan nada gembira
Aku pun lekas pergi menuju kamarku.
“Oke!”
serunya dari kejauhan.
Malam
ini, aku mengenakan kaos lengan panjangku yang berwarna biru tua dengan
renda-renda kecil di bagian lengan serta kerahnya. Aku juga mengenakan celana
jeansku yang berwarna abu-abu serta sepatu sandalku yang berwarna ungu dan
hitam. Rambutku pun hanya kusisir rapi. Dan siap deh! Aku akan keluar dari kamar
dan berangkat jalan-jalan bersama semua saudaraku.
Sesampainya
di Paragon Mall, kami semua berjalan-jalan di Matahari Department Store, The Harvest
Chocolatier and Patissier, Body Shop, Starbucks Coffee, Planet Surf, dan
store-store lainnya. Ternyata sangatlah seru jika kita dapat meluangkan waktu
bersama keluarga dan berjalan-jalan bersama.
“Eh,
ke sana yuk Vik!” ajak salah satu dari sembilan saudaraku yang bernama Mas
Kevin. Ia adalah orang yang jangkung dan cukup kurus. Tingginya sekitar 185cm.
“Ya,
tapi traktirin ya mas. Hehehe, “ kataku sambil tertawa. Dia mengajakku ke
restoran Sushi Donbouri, yang harganya dapat dibiliang lumayan mahal bagi
kantong seorang pelajar.
“Ya
deh ya. Tapi besok kamu gantian traktirin aku ya Vik kalau kita jalan-jalan
lagi, “ ujarnya sambil mengeluarkan sebuah permen rasa mint dari saku celana
jeansnya yang ada dibelakang.
“Ya
deh mas. Kapan-kapan ya. Hehe, “ ujarku sambil bergegas berjalan mengikutinya
menuju restoran Sushi Donburi yang
berada di lantai 3. Kami pun langsung pergi berdua saja dan menginggalkan
rombongan saudara kami yang sedang asyik berbelanja di Matahari Department
Store.
Saat
aku dan Mas Kevin sedang memilih menu, tanpa sengaja, ada sebatas pikiran atau
mungkin ingatan yang pernah terlupakan, yang kemudian terlintas begitu saja
di dalam pikiranku. Namun ingatan itu muncul dengan begitu cepat dan hanya
muncul sekilas saja. Aku pun menjadi bingung dan mencoba mengingatnya
kembali.
“Vika?
Kamu kenapa? Kok tiba-tiba serius gitu mukanya, “ Mas Kevin terus berkata dan
bertanya kepadaku, namun aku tetap tidak menggubrisnya dan mencoba untuk fokus.
Setelah selesai memesan menu yang aku
kehendaki, aku pun memejamkan kedua mataku dan aku pun juga mengernyitkan
dahiku. Sesaat kemudian, suasana begitu hening di dalam pikiranku dan aku hanya
dapat melihat secerca cahaya saja dari celah mataku yang memang sengaja tidak
aku pejamkan secara rapat.
“Vika,
vika! Eh, jangan tidur oii!” aku dapat mendengar suara Mas Kevin yang
terasa samar-samar dari luar pikiranku, namun aku tetap tidak menggubrisnya dan
tetap berkonsentrasi terhadap pikiranku tadi.
***
cerita ini ada 7 bagian alias 7 part, semoga pembaca tidak bosan ya :)
kritik saran ditunggu di komentar bawah
Terimakasih
cerita ini ada 7 bagian alias 7 part, semoga pembaca tidak bosan ya :)
kritik saran ditunggu di komentar bawah
Terimakasih
Tidak ada komentar :
Posting Komentar