Minggu, 28 Juni 2015

Fogging Berjalan



            “Aku pulang duluan yaa! Dadah”, pamit Ica.
            “Oke, eh kamu pulang naik apa?”, tanya salah seorang temannya.
            “Naik Bus TJ”, kata Ica.
            “Ooh, naik fogging berjalan?”
            “Ha? Hahahaha”, semuanya tertawa.
***
            Percakapan itu kudengar saat salah seorang temanku akan pulang dari sekolah. Bus Trans Jogja ini merupakan kendaraan yang sering menjadi andalan para pelajar Kota Yogyakarta untuk transportasi pulang-pergi ke sekolah ataupun pergi ke tempat-tempat lain. Selain ongkosnya cukup terjangkau untuk kalangan pelajar, lokasi halte yang dekat dengan tempat-tempat wisata dan sekolah merupakan salah satu alasan untuk memilih bus yang satu ini.
            Kendaraan umum ini juga menjadi andalan bagi banyak warga di Yogyakarta. Untuk berganti bus atau jalur, tidak perlu bayar lagi. Tinggal turun di halte yang sudah tersedia dan menaiki bus dengan jalur yang berbeda sesuai tujuan.
            Sayangnya, kadang-kadang bus ini sering ngebut di jalan dan berhenti mendadak saat akan berhenti. Hal ini membuat para penumpang yang tidak kebagian tempat duduk alias harus berdiri di dalam bus terjatuh atau bergoyang-goyang dan saling senggol. Tentu saja  hal ini merupakan salah satu ketidaknyamanan saat menaiki bus ini. Para penumpang yang duduk juga sering merasa mual dengan kejadian ini. Apalagi penumpang yang tidak terbiasa dengan bus ber AC.
            Aku pun juga sering merasakannya. Aku belum diperbolehkan untuk mengendarai motor sendiri. Jadi saat aku akan jalan-jalan atau pergi ke tempat yang masih dapat dijangkau dengan TJ ini aku juga mengandalkan TJ. Pernah aku akan pergi jalan-jalan ke salah satu mall di Jogja yang cukup besar. Saat aku naik bus ini dari halte dekat rumahku, aku harus berganti jalur hingga tiga kali dan pejalanannya cukup jauh juga karena harus memutari Jogja.
            Ongkosnya sama sih, hanya Rp3.500,- namun waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan itu cukup lama. Karena harus muter Jogja dulu untuk menurunkan penumpang di halte-halte lain. Aku cukup lama menunggu di dalam bus dan juga bosan mau ngapain karena juga tidak bisa tidur di dalam bus yang ngebut ini.
            Di sisi lain saat aku menjadi pengendara motor dan harus bersebelahan dengan bus ini, sangat terasa bahwa kita harus kebut-kebutan dan saling salip untuk mendapatkan jalan. Selain itu, asap dari bus ini cukup banyak dan pekat. Oleh karena itu teman-temanku sering menjuluki bus ini fogging berjalan.
Bus ini seharusnya juga mendapatkan kontrol dan perawatan semestinya agar mesinnya tetap baik dan asap pembuangannya tidak menimbulkan fogging atau pengeluaran yang berlebihan. Aku juga berharap bus ini masih tetap beroperasi hingga tahun-tahun kedepan dan tidak hanya untuk wilayah kota Jogja saja. Namun hingga ke seluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tentunya dengan fasilitas dan kenyamanan bus yang memadai.




Tidak ada komentar :

Posting Komentar