“Aku
pulang duluan yaa! Dadah”, pamit Ica.
“Oke,
eh kamu pulang naik apa?”, tanya salah seorang temannya.
“Naik
Bus TJ”, kata Ica.
“Ooh,
naik fogging berjalan?”
“Ha?
Hahahaha”, semuanya tertawa.
***
Percakapan
itu kudengar saat salah seorang temanku akan pulang dari sekolah. Bus Trans
Jogja ini merupakan kendaraan yang sering menjadi andalan para pelajar Kota
Yogyakarta untuk transportasi pulang-pergi ke sekolah ataupun pergi ke
tempat-tempat lain. Selain ongkosnya cukup terjangkau untuk kalangan pelajar,
lokasi halte yang dekat dengan tempat-tempat wisata dan sekolah merupakan salah
satu alasan untuk memilih bus yang satu ini.
Kendaraan
umum ini juga menjadi andalan bagi banyak warga di Yogyakarta. Untuk berganti
bus atau jalur, tidak perlu bayar lagi. Tinggal turun di halte yang sudah
tersedia dan menaiki bus dengan jalur yang berbeda sesuai tujuan.
Sayangnya,
kadang-kadang bus ini sering ngebut di
jalan dan berhenti mendadak saat akan berhenti. Hal ini membuat para penumpang
yang tidak kebagian tempat duduk alias harus berdiri di dalam bus terjatuh atau
bergoyang-goyang dan saling senggol. Tentu saja
hal ini merupakan salah satu ketidaknyamanan saat menaiki bus ini. Para
penumpang yang duduk juga sering merasa mual dengan kejadian ini. Apalagi
penumpang yang tidak terbiasa dengan bus ber AC.
Aku
pun juga sering merasakannya. Aku belum diperbolehkan untuk mengendarai motor
sendiri. Jadi saat aku akan jalan-jalan atau pergi ke tempat yang masih dapat
dijangkau dengan TJ ini aku juga mengandalkan TJ. Pernah aku akan pergi
jalan-jalan ke salah satu mall di Jogja yang cukup besar. Saat aku naik bus ini
dari halte dekat rumahku, aku harus berganti jalur hingga tiga kali dan
pejalanannya cukup jauh juga karena harus memutari Jogja.
Ongkosnya
sama sih, hanya Rp3.500,- namun waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan
itu cukup lama. Karena harus muter Jogja dulu untuk menurunkan penumpang di
halte-halte lain. Aku cukup lama menunggu di dalam bus dan juga bosan mau
ngapain karena juga tidak bisa tidur di dalam bus yang ngebut ini.
Di sisi
lain saat aku menjadi pengendara motor dan harus bersebelahan dengan bus ini,
sangat terasa bahwa kita harus kebut-kebutan
dan saling salip untuk mendapatkan jalan. Selain itu, asap dari bus ini
cukup banyak dan pekat. Oleh karena itu teman-temanku sering menjuluki bus ini fogging berjalan.
Bus ini seharusnya juga mendapatkan kontrol dan
perawatan semestinya agar mesinnya tetap baik dan asap pembuangannya tidak
menimbulkan fogging atau pengeluaran
yang berlebihan. Aku juga berharap bus ini masih tetap beroperasi hingga
tahun-tahun kedepan dan tidak hanya untuk wilayah kota Jogja saja. Namun hingga
ke seluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tentunya dengan fasilitas dan kenyamanan
bus yang memadai.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar