“Buk,
kok ini mengkilat ya?” tanya Adikku.
“Coba
dibakar” balas Ibuku
“Weh,
murup Buk!”, adikku terkaget-kaget.
***
Kejadian ini bermula ketika Ibuku membawakanku sewadah
peyek yang dibelinya dari pasar. Memang sudah sekitar 3 minggu yang lalu. Peyek
yang menjadi salah satu camilan dan tambahan lauk ini memang tadinya bergizi.
Peyek yang dibeli Ibuku terbuat dari tepung bertoping kacang hijau serta ikan
teri.
“Ni Nduk ada peyek tadi Ibu habis beli dari pasar”,
kata Ibuku sambil menawarkan peyek kepadaku saat makan siang.
Aku
yang sedang makan siang di depan laptop tidak terlalu peduli akan tawaran itu
dan tetap mengerjakan tugasku di laptop sambil makan siang.
“Ya,
nanti aja Buk”, jawabku singkat.
Tak
terasa makan siangku pun sudah habis dan aku tidak sempat mencicipi peyek Ibuku
sebagai lauk tambahan makan siangku. Ah, ya sudahlah bisa makan nanti aja
peyeknya kan juga masih banyak.
Aku
pun kembali melanjutkan mengerjakan tugas di laptopku. Tak lama kemudian aku
mendengar Adikku bercerita dengan Ibuku di ruang tamu sembari mengomentari
peyek yang sedang dimakannya.
“Buk
kok ini peyeknya mengkilat ya?” kata Adikku mencurigai peyeknya.
“Yo
kena minyak goreng paling. Eh, apa jangan-jangan
le nggoreng nganggo plastik po?”
jawab Ibuku yang juga mulai curiga.
Oleh
karena Ibuku pernah melihat acara Investigasi makanan di TV, Ibuku tahu cara
untuk membuktikan bahwa peyek itu tercampuri plastik atau tidak. Caranya adalah
dengan membakar peyek itu.
“Coba
dibakar” tukas Ibuku.
Adikku
yang sedang makan pun dengan ssigap mengambil korek gas yang ada di dekatnya
kemudian mulai membakar peyek yang dimakannya.
“Weh,
murup buk!” Adikku terkaget-kaget.
“Wah lha seko plastik wi” kata Ibuku.
“Lha aku wes mangan akeh je, piye. Mangan
plastik no.”
“Halah aku yo ho’o kok tenang wae. Ya bar iki
rasah mangan meneh.”
Aku
yang tadinya tenang-tenang mengerjakan tugas di kamar pun mulai penasaran
kemudian mendatangi Ibu dan Adikku.
“Ngopo e kok obong-obong peyek?” tanyaku
yang tidak tahu apa yang mereka lakukan.
“Kowe rasah mangan peyek e, iki le nggawe nganggo plastik.”
“Lha
kok Ibuk reti?”
Ibuku
menunjukkan experimennya dengan membakar kembali peyek yang ada di dalam wadah
dan alhasil peyek yang dibakarnya pun terbakar sampai habis dan jatuh ke
lantai. Saat jatuh ke lantai dan gosong pun, peyek itu tetap murup (apinya
tetap menyala). Aku pun terkaget-kaget.
“Weh kok ngono. Kok iso e?” tanyaku
penasaran.
Ibuku
kemudian menjelaskan bahwa peyek yang digoreng menggunakan campuran plastik,
maka minyaknya akan menetes ke bawah jika dibakar. Jadi seperti mengekstrak
minyak dari peyek tersebut karena yang terbakar dan menjadi bahan bakarnya
adalah plastik yang dikandungnya. Bukan minyak goreng.
“Wah
rugi tu beli peyek sewadah. Entek piro
je, ngentek-entekke duit.”, kataku.
“Halah
rapopo. Pintar itu mahal. Kan kowe dadi reti to peyek plastik?”, jawab
Ibuku santai.
Ternyata
apa yang ada di Reportase Investigasi memang benar-benar ada dan dekat dengan
kehidupan kita. Semoga dengan adanya hal ini dapat meningkatkan kewaspadaan
kita.
***
Ada buktinya lho, hehe:
Peyek Plastik Murup |
Setelah dibakar |
Salam Selamat,
Tita
Tidak ada komentar :
Posting Komentar