Jumat, 26 Juni 2015

Sewadah Peyek




            “Buk, kok ini mengkilat ya?” tanya Adikku.
            “Coba dibakar” balas Ibuku
            “Weh, murup Buk!”, adikku terkaget-kaget.
***
Kejadian ini bermula ketika Ibuku membawakanku sewadah peyek yang dibelinya dari pasar. Memang sudah sekitar 3 minggu yang lalu. Peyek yang menjadi salah satu camilan dan tambahan lauk ini memang tadinya bergizi. Peyek yang dibeli Ibuku terbuat dari tepung bertoping kacang hijau serta ikan teri.
“Ni Nduk ada peyek tadi Ibu habis beli dari pasar”, kata Ibuku sambil menawarkan peyek kepadaku saat makan siang.
            Aku yang sedang makan siang di depan laptop tidak terlalu peduli akan tawaran itu dan tetap mengerjakan tugasku di laptop sambil makan siang.
            “Ya, nanti aja Buk”, jawabku singkat.
            Tak terasa makan siangku pun sudah habis dan aku tidak sempat mencicipi peyek Ibuku sebagai lauk tambahan makan siangku. Ah, ya sudahlah bisa makan nanti aja peyeknya kan juga masih banyak.
            Aku pun kembali melanjutkan mengerjakan tugas di laptopku. Tak lama kemudian aku mendengar Adikku bercerita dengan Ibuku di ruang tamu sembari mengomentari peyek yang sedang dimakannya.
            “Buk kok ini peyeknya mengkilat ya?” kata Adikku mencurigai peyeknya.
            “Yo kena minyak goreng paling. Eh, apa jangan-jangan le nggoreng nganggo plastik po?”  jawab Ibuku yang juga mulai curiga.
            Oleh karena Ibuku pernah melihat acara Investigasi makanan di TV, Ibuku tahu cara untuk membuktikan bahwa peyek itu tercampuri plastik atau tidak. Caranya adalah dengan membakar peyek itu.
            “Coba dibakar” tukas Ibuku.
            Adikku yang sedang makan pun dengan ssigap mengambil korek gas yang ada di dekatnya kemudian mulai membakar peyek yang dimakannya.
            “Weh, murup buk!” Adikku terkaget-kaget.
            Wah lha seko plastik wi” kata Ibuku.
            Lha aku wes mangan akeh je, piye. Mangan plastik no.”
            Halah aku yo ho’o kok tenang wae. Ya bar iki rasah mangan meneh.”
            Aku yang tadinya tenang-tenang mengerjakan tugas di kamar pun mulai penasaran kemudian mendatangi Ibu dan Adikku.
            Ngopo e kok obong-obong peyek?” tanyaku yang tidak tahu apa yang mereka lakukan.
            Kowe rasah mangan peyek e, iki le nggawe nganggo plastik.”
            “Lha kok Ibuk reti?”
            Ibuku menunjukkan experimennya dengan membakar kembali peyek yang ada di dalam wadah dan alhasil peyek yang dibakarnya pun terbakar sampai habis dan jatuh ke lantai. Saat jatuh ke lantai dan gosong pun, peyek itu tetap murup (apinya tetap menyala). Aku pun terkaget-kaget.
            “Weh kok ngono. Kok iso e?” tanyaku penasaran.
            Ibuku kemudian menjelaskan bahwa peyek yang digoreng menggunakan campuran plastik, maka minyaknya akan menetes ke bawah jika dibakar. Jadi seperti mengekstrak minyak dari peyek tersebut karena yang terbakar dan menjadi bahan bakarnya adalah plastik yang dikandungnya. Bukan minyak goreng.
            “Wah rugi tu beli peyek sewadah. Entek piro je, ngentek-entekke duit.”, kataku.
            “Halah rapopo. Pintar itu mahal. Kan kowe dadi reti to peyek plastik?”, jawab Ibuku santai.
            Ternyata apa yang ada di Reportase Investigasi memang benar-benar ada dan dekat dengan kehidupan kita. Semoga dengan adanya hal ini dapat meningkatkan kewaspadaan kita.
***
Ada buktinya lho, hehe:
Peyek Plastik Murup

Setelah dibakar
 

Salam Selamat,
Tita
           

Tidak ada komentar :

Posting Komentar