Rabu, 03 Juni 2015

Kotak Musik Saphira (Bagian 7)



            “Vika hati-hati Vik. Nanti kamu jatuh lagi, jangan lari! Cermati segala sudut ruangan tempat yang kamu jatuh tadi!” seru Mbak Mutia yang berada di belakangku. Ia juga ikut berlari dan mencari kotak musik berserta kuncinya itu bersamaku.
            “Sebenarnya ada apa sih?” tanya Mas Dio dari kejauhan. Namun ia tidak ikut berlari dan mencari kotak musik itu bersama kami.
            “Sudahlah Mas Dio gak usah ikut-ikutan deh!” seruku sambil terus berlari dan mengamati segala sudut ruangan. Akhirnya aku menemukannya juga. Kotak musik itu berada di ujung anak tangga pertama yang menuju ke lantai dua. Aku juga melihat ada sebuah kunci dengan benang biru yang tergeletak di dekatnya. Langsung saja aku mendekatinya bersama dengan Mbak Mutia.
            “Bagus Vika. Sekarang ayo kita cari Saph, Astaghfirullah!” Mbak Mutia yang memegang kunci kotak musik tersebut langsung tersontak kaget ketika Saphira berada di depan kami dan berada dalam posisi berdiri.
            Aku juga tersontak kaget dan hampir saja aku berlari tunggang langgang untuk segera menginggalkannya. Tapi aku ingat apa yang harus kulakukan ketika bertemu dengannya. Ia langsung berkata kepada kami, “Kembalikan kotak musikku!” serunya. Suaranya terdengar sangat nyaring dan keras di ruangan kosong yang sangat besar ini.
            “Aku akan mengembalikannya Saphira. Aku berjanji, tetapi tolong jangan kembali lagi dan tenganglah di alam sana. Kami akan mendoakanmu. Tolong jangan pernah ganggu kami lagi, dan tolong jangan culik aku untuk menemanimu selamanya,” ujarku kepadanya. Bulu romanku pun berdiri tegak seperti jarum, keringat dingin mulai bercucuran di seluruh badanku ketika aku menyodorkan kotak musik itu beserta kuncinya. Rupanya Mbak Mutia sudah pergi menginggalkanku karena takut dan hanya melempar kuncinya kepadaku begitu saja.
            “Baiklah jika itu maumu. Tapi berjanjilah untuk tidak berkeinginan memainkannya kembali. Aku terima janjimu dan akan kupegang ucapanmu,” jemarinya yang panjang dan berwarna putih pucat segera mengambil kotak musik beserta kuncinya itu dariku. Pada saat itu aku benar-benar seperti orang yang hampir mati karena ketakutan.
            Ia pun berlalu pergi dengan membawa kotak musik dan kuncinya itu. Aku merasa sangat lega dan bersyukur kepada Tuhan. Aku pun berjalan menuju ruang keluarga. Setelah itu aku mendiskusikan dan menjelaskan semua masalah itu kepada semua anggota keluargaku yang berada dan ikut berlibur ke rumah Nenek. Mereka semua pun awalnya kaget dan sempat tidak percaya, bahkan tidak menyangkalnya. Tapi aku, Nenek, dan Mbak Mutia menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir dengan panjang lebar. Akhrinya mereka semua bisa mempercayainya dan dapat mengerti.
            Keesokan harinya, kami pun berkunjung ke makam Saphira yang berjarak tidak jauh dari rumah Nenek. Kami mendoakannya dengan khitmat dan berharap agar dia tidak menggangu kami kembali serta tenang di alam sana. Yeah, walaupun ia cukup menyeramkan dan menggangu, namun ia tetap merupakan bagian dari keluarga kami. Kami hanya dapat mendoakannya dan berharap yang terbaik untuknya.
-TAMAT-

Tidak ada komentar :

Posting Komentar