Selasa, 23 Juni 2015

Keringanan yang Membahagiakan

              Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya di balik menulis postingan ini. Sebenarnya buat apa sih posting? Ya kalau bukan karena ada project dan untuk mengisi waktu luang ya apa lagi. Sebenarnya waktu luang itu relatif dan subjektif. Seseorang bisa mengatakan dirinya sibuk padahal menurut orang lain tidak sibuk. Ada juga yang mengatakan dirinya selo padahal kerjaannya seabrek.
            Ya, hari Sabtu kemarin saya dan teman-teman seangkatan datang ke sekolah untuk remidi matematika. Well, bisa dibilang dari seangkatan yang berjumlah kurang lebih 220 orang, hampir separuhnya sendiri mengikuti remidi. Bisa dibilang kali ini adalah remidi masal.
            “Eh, Tit, kamu remidi, sumpah?”, tanya salah seorang temanku yang tiba-tiba menghampiriku.
            “Iya e aku lagi nggak terselamatkan, wahaha” kata saya sembari belajar materi remidi.
            Guru matematika yang satu ini memang terkenal killer dan hampir setiap ulangan soal-soal yang diberikannya pun susah. Hampir levelnya 5 tingkat di atas materi pelajaran pada umumnya. Biasanya yang bisa mendapatkan nilai di atas KKM adalah anak-anak dengan kecerdasan dan kerajinan super. Sedangkan saya yang pada dasarnya memang tidak suka pelajaran matematika, apalagi ditambah tidak niat, ya, kali ini keberuntungan sedang tidak berpihak padsaya. Saya harus ikut remidi.
            Saat guru tersebut datang, semuanya langsung menyambut kemudian ada salah seorang yang bertanya,
            “Bu, remidinya dibawa pulang kan?” tanya salah seorang teman.
           “Eeh enggak, itu kan yang susulan. Ini yang mau remidi jumlahnya berapa ya?,”  tanya guru matematika saya.
            “Duh, banyak banget e Bu, kalau dijadikan satu kelas tidak cukup”, balas teman saya yang lain.
            “Eem, yaudah ini soalnya dibagi aja kalian kerjakan paling satu jam selesai. Nanti kalau sudah selesai dikumpulkan di meja saya ya!”, kata beliau sambil membagikan kertas remidi.
            Semua berebut soal seperti antrian sembako. Setelah guru saya pergi semua langsung bersorak-sorai mengucap syukur karena remidi kali ini boleh dikerjakan masal alias kerjasama. Padahal pada remidi-remidi sebelumnya yang diadakan oleh guru yang satu ini selalu saja  dijadikan dalam satu kelas, tidak boleh kerjasama, dan selalu diawasi. Sehingga kami yang mau bekerjasama jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Alhamdulillah, untung saja kali ini guruku baik. Sungguh ini adalah keringanan yang membahagiakan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar